MENUNDA NIKAH KARENA MASIH BELAJAR

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Ada suatu tradisi yang membudaya, yaitu perempuan atau orang tuanya menolak lamaran orang yang melamarnya karena alasan ingin meyelesaikan sekolahnya di SMU atau Perguruan Tinggi, atau bahkan karena anak (perempuan) ingin belajar beberapa tahun lagi. Bagaimana hukum masalah ini, apa nasehat Syaikh kepada orang-orang yang melakukan hal seperti itu, yang kadang-kadang anak perempuan itu sampai berusia 30 tahun belum menikah.
Continue reading

MENEPIS KEKELIRUAN PANDANGAN TERHADAP POLIGAMI

Ustadz Abu Sa’ad Muhammad Nurhuda

Di antara petunjuk al Qur`an, yang memberikan petunjuk jalan yang lurus, yaitu dibolehkannya seorang laki-laki melakukan poligami hingga empat isteri. Meski demikian, bila seorang lelaki merasa khawatir tidak mampu berbuat adil, maka diharuskan baginya cukup mempunyai satu isteri saja atau memiliki budak perempuan, sebagaimana firman Allah k dalam surat an-Nisaa` ayat 3 :

“Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya” [1]

Ada beberapa alasan mengapa seorang laki-laki boleh melakukan poligami, di antaranya ialah untuk kebaikan wanita, Continue reading

KONSEP ISLAM TENTANG PERKAWINAN

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

MUQADIMAH
Persoalan perkawinan adalah persoalan yang selalu aktual dan selalu menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup manusia yang asasi saja tetapi juga menyentuh suatu lembaga yang luhur dan sentral yaitu rumah tangga. Luhur, karena lembaga ini merupakan benteng bagi pertahanan martabat manusia dan nilai-nilai ahlaq yang luhur dan sentral.

Karena lembaga itu memang merupakan pusat bagi lahir dan tumbuhnya Bani Adam, yang kelak mempunyai peranan kunci dalam mewujudkan kedamaian dan kemakmuran di bumi ini. Menurut Islam Bani Adamlah yang memperoleh kehormatan untuk memikul amanah Illahi sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana firman Allah Ta’ala.

“Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?. Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. [Al-Baqarah : 30].
Continue reading

DAN ALLAH MENYEMPURNAKAN CAHAYANYA [AGAMANYA]

Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilaaly

Meskipun ada tipu daya baik siang maupun malam yang menyeru kaum muslimin kedalam neraka, bermunculanlah sejumlah Du’at kebenaran dari ahli ilmu dan para Thalibul Ilmu. Mereka mengejutkan tempat-tempat kesesatan dan markas-markas penyimpangan yang tumbuh hidup di negeri-negeri muslimin dan menghamburkan kerusakan di tanah air mereka. Hal ini dikarenakan tamu-tamu tak diundang ini memindahkan sasaran mereka seluruhnya atau hampir seluruhnya kepada lingkungan masyarakat salib yahudi. Tamu tak diundang ini menyangka dengan persangkaan buruk bahwa umat ini telah pasti akan keluar dari Islam dan tidak akan kembali. Akan tetapi mereka itu lupa kepada banyak kenyataan yang tidak berjalan sesuai dengan arahan dan tidak masuk dalam perhitungan mereka, karena Allah سبحانه و تعالى menyumpal pendengaran mereka dari mendengar, menutup hati mereka dari memahami dan menutup penglihatan mereka dari melihat kebenaran.
Continue reading

APAKAH PENAMAAN AS-SALAFIYAH ADALAH KEBID’AHAN ? DAN KENAPA KITA MENISBATKAN DIRI KEPADA SALAF ?

Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilaaly

[1]. Apakah Penamaan As-Salafiyah Adalah Kebid’ahan ?

Ada sebagian orang berkata : Sesungguhnya penamaan dengan As-Salafiyah adalah kebid’ahan, karena para sahabat di zaman Rasulullah  tidak memakainya.

Jawabannya.
Kata Salafiyah tidak dipakai di zaman Rasulullah dan sahabatnya karena tidak butuh untuk itu. Kaum muslimin awal berada di atas Islam yang benar, maka tidak butuh kepada kata Salafiyah, karena tabiat dan fitrah mereka berada di atasnya sebagaimana mereka berbahasa Arab fasih tanpa keliru dan salah, maka tidak ada ilmu nahwu dan sharaf serta balaghah sampai munculnya kekeliruan lalu muncullah ilmu ini yang dapat meluruskan lisan yang bengkok, demikian pula ketika muncul keanehan dan penyimpangan dari jama’ah kaum muslimin mulailah muncul kata As-Salafiyah pada alam kenyataan walaupun Nabi صلی الله عليه وسلم telah menjelaskan maknanya dalam hadits Iftiroq dengan sabdanya :

“Artinya : Apa yang aku miliki dan sahabat-sahabatku sekarang”
Continue reading

FIRQATUN NAJIYAH [GOLONGAN YANG SELAMAT] DAN THAIFATUL MANSHURAH [KELOMPOK YAN MENANG]

-Bagian Pertama dari Tujuh Tulisan [1/7]-

Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilaaly

[1]. Firqatun Najiyah (Golongan Yang Selamat) dan Thaifatul Manshurah (Kelompok Yan Menang)

Pembahasan tentang Firqatun Najiyah (golongan yang selamat) dan Thaifatul Manshurah (kelompok yang menang) meliputi beberapa sisi :

Pertama.
Hadits-hadits Nabi yang menjelaskan perpecahan Umat Islam.
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه beliau berkata : Telah bersabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم.

“Artinya : Orang Yahudi telah berpecah belah menjadi tujuh puluh satu kelompok dan Nashrani telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua kelompok dan umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga kelompok” [Hadits Hasan ; sebagaimana telah saya jelaskan dalam  Nushhul Umat Fi Fahmi Ahaadits Iftiraqatil Umat hal. 9-10]
Continue reading

WAJIBNYA BERBAKTI DAN HARAMNYA DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Allah memerintahkan dalam Al-Qur’an agar berbakti kepada kedua orang tua. Mengenai wajibnya seorang anak berbakti kepada orang tua, Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 23-24.

“Artinya : Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23]

“Artinya : Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil” [Al-Isra : 24]
Continue reading

PENGERTIAN TENTANG BERBUAT BAIK DAN DURHAKA

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

KATA PENGANTAR
Buku kecil ini pada asalnya adalah kajian yang penulis sampaikan dalam satu muhadlarah di Bogor dengan tema ‘Berbakti Kepada Kedua Orang Tua’, kemudian banyak permintaan dari hadirin agar dibukukan untuk dapat dibaca oleh kaum muslimin agar lebih bermanfaat. Alhamdulillah, dengan rahmat Allah Subhnahu wa Ta’ala, Allah mudahkan penulis untuk melengkapi dalil-dalilnya dari Al-qur’an dan hadits-hadits yang shahih.

Penulis mengangkat tema ini, karena banyak sekali di masyarakat anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, tidak menghargai orang tua, melecehkan orang tua, bahkan ada yang mencaci maki dan memukul orang tuanya, na’udzubillah min dzalik. Padahal, apabila ‘Si Anak’ ini menyadari, orang tua lah yang melahirkan, mengurus, memberikan nafkah, mendidik dan membesarkan dia sampai dia dewasa, karena itu kewajiban ‘Si Anak’ adalah taat kepada orang tua dan harus memenuhi hak orang tua dengan mematuhi perintah dan taat kepadanya.

Jadi bahasan tentang berbakti kepada kedua orang tua adalah pembahasan yang amat penting setelah masalah tauhid kepada Allah سبحانه و تعالى. Banyak hak yang harus dipenuhi oleh manusia, pertama hak Allah سبحانه و تعالى, kedua hak Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan ketiga adalah hak kedua orang tua kemudian hak-hak lainnya. Continue reading

SURAT DARI IBU YANG TERKOYAK HATINYA

Majalah As-Sunnah

Anakku….
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.
Continue reading

KEHARUSAN MEMILIKI ILMU DALAM MEMBERI NASEHAT DAN BERDA’WAH

Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang da’i yang mengajak kepada perbuatan ma’ruf dan melarang orang lain berbuat mungkar, di antaranya :

“…Yang dimaksud dengan niat terpuji yang diterima di sisi Allah dan mendapatkan ganjaranNya adalah hendaknya amalan tersebut ditujukan untuk mencari ridha Allah dan yang dimaksud dengan amal terpuji yang merupakan amal saleh adalah amal yang diperintahkan, dan apabila demikian adanya maka orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar wajib menerapkan pada dirinya sendiri dua syarat tadi, dan tidaklah disebut amal saleh apabila tidak berdasarkan ilmu dan pemahaman ….”
Continue reading